Alat Musik Sasando
(Disusun untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Pendidikan Seni kelas B)
Disusun oleh:
Kelompok 8
Yeni Septiana (130210204015)
Muhammad Faris Wahyudi (130210204068)
Siti Esa Devika Sari (130210204081)
Muhimmatun Nisa’ (130210204090)
Ella Mashulatul Mufida (130210204120)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ALAT MUSIK SASANDO
A. Sejarah Sasando
Tak banyak yang tahu
Musik etnis Sasando ternyata disukai sekelompok penikmat Musik khas Indonesia
di Australia dan Eropa. Tapi, di Indonesia sendiri, dari 200 juta lebih
penduduknya, banyak yang belum paham apa itu Musik sasando.
Apa itu Musik
sasando? Bagi masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, tempat asal usul
Musik sasando, Musik tersebut sangat dikenal sebagai Musik keseharian. Musik
itu berbahan baku daun pohon lontar. Di Pulau Rote, pohon lontar pada saat ini
bukan saja dijadikan sumber kehidupan karena menghasilkan tuak, sopi, gula
lempeng, gula semut, wadah pembungkus tembakau/rokok, tikar, haik, sandal,
topi, atap rumah, dan balok bahan bangunan, melainkan lebih dari itu dianggap
punya nilai lebih karena daun pohon lontar makin sering dijadikan resonator
Musik yang dikenal dengan sebutan sasandu atau sasando.
Asal mula alat Musik
langka itu, menurut banyak tokoh Adat di Pulau Rote, telah dikenali sejak Rote
menjadi bagian dari daerah kerajaan. Dalam legenda memang muncul banyak versi
mengenai sejarah munculnya sasando. Konon, awalnya Adalah ketika seorang pemuda
bernama Sangguana terdampar di Pulau Ndana saat pergi melaut. Ia dibawa oleh
penduduk menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni
yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri pun
terpikat. Ia meminta Sangguana menciptakan alat Musik yang belum pernah ada.
Suatu malam, Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat Musik yang indah
bentuk maupun suaranya. Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat
Musik yang ia beri nama sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya,
Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan, dan Sangguana menjawab, "Sari
Sandu". Alat Musik itu pun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian menamakannya
Depo Hitu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar. Keindahan bunyi
sasando mampu menangkap dan mengekspresikan beraneka macam nuansa dan emosi.
Karena itu, dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur, sasando Adalah alat Musik
pengiring tari, penghibur keluarga saat berduka, menambah keceriaan saat
bersukacita, serta sebagai hiburan pribadi.
Kini Musik sasando
dikenal sebagai alat Musik yang menghasilkan melodi terindah dari Pulau Rote.
Secara umum, bentuk sasando serupa dengan instrumen petik lainnya seperti
gitar, biola, dan kecapi. Tetapi, tanpa chord (kunci), senar sasando harus
dipetik dengan dua tangan, seperti harpa. Tangan kiri berfungsi memainkan
melodi dan bas, sementara tangan kanan memainkan accord. Ini menjadi keunikan
sasando karena seseorang dapat menjadi melodi, bass, dan accord sekaligus.
Bagian utama sasando
berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Melingkar dari atas ke
bawah tabung Adalah ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai)
direntangkan dan bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang
berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Tabung sasando ini diletakkan dalam
sebuah wadah setengah melingkar terbuat dari daun pohon gebang (semacam lontar)
yang menjadi tempat resonansi sasando. Hingga kini, semua bahan yang dipakai
untuk membuat sasando terbuat dari bahan alami, kecuali senar dari kawat halus.
Jenis-jenis sasando
dibedakan dari jumlah senarnya, yaitu sasando engkel (dengan 28 dawai), sasando
dobel (dengan 56 dawai, atau 84 dawai), sasando gong atau sasando haik, dan
sasando biola. Karena itu, bunyi sasando sangat bervariasi. Hampir semua jenis
Musik bisa dimainkan dengan sasando, seperti Musik tradisional, pop, slow rock,
bahkan dangdut. Ada kalanya perbedaan pada cara permainan tipe sasando tertentu
tergantung gaya permainan di tiap daerah, kemampuan pemain dan tidak Adanya
Sistem notasi musik, khususnya untuk sasando gong.
Terdapat dua jenis
ensembel sasando, yaitu yang terdapat di Pulau Rote, di mana sasando dimainkan
untuk mengiringi nyanyian dan tabuhan gendang. Sedangkan di Pulau Sabu, dua
buah sasando dimainkan bersamaan dengan iringan vokal, tetapi tanpa gendang.
Dengan bentuknya dan bahan bakunya yang sederhana itu, tak aneh jika warga
Australia dan Portugis setiap berkunjung ke NTT selalu membeli sasando. Musik
itu kemudian menjadi Musik kebanggaan di negerinya.
B. Fungsi Dan Makna
Sasando
Sasando ini merupakan salah satu alat musik yang
memiliki suara bervariasi, sehingga dapat dimainkan dalam genre yang bervariasi
seperti musik tradisional, pop, dan genre musik lainnya yang bukan musik
elektrik. Dalam masyarakat Rote sendiri, Sasando sering dimainkan untuk
mengiringi tarian, lagu, syair dan acara hiburan lainnya.
C. Bentuk Sasando
Sasando ini memiliki bentuk yang sangat unik dan
berbeda dengan alat musik berdawai lainnya. Pada bagian utama Sasando ini
berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu khusus. Bagian bawah dan atas
bambu terdapat tempat untuk memasang dan mengatur kencangnya dawai. Pada bagian
tengah bambu biasanya diberi senda (penyangga)
dimana dawai direntangkan. Senda ini digunakan untuk mengatur tangga nada dan
menghasilkan nada yang berbeda di setiap petikan dawai. Sedangkan wadah untuk
resonansi berupa anyaman daun lontar yang
sering disebut haik.
D. Cara Memainkan Sasando
Walaupun merupakan alat musik yang dimainkan
dengan cara dipetik, namun sasandu memiliki cara yang berbeda dengan alat musik
petikan lainnya. Sasando biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan
arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass.
Untuk memainkan Sasando ini tentu tidak mudah,
karena di butuhkan harmonisasi perasaan dan teknik, sehingga menghasilkan nada
yang pas dan merdu. Selain itu keterampilan jari dalam memetik sangat
diperlukan. Hampir sama dengan alat musik Harpa keterampilan
dalam memetik dawai sangat mempengaruhi suara apalagi bila memainkan nada tempo
cepat maka keterampilan tangan sangat diperlukan.
E. Jenis-jenis Sasando
Sasando Tradisional
![]() |
Ada beberapa jenis sasando yaitu sasando
gong dan sasando biola. Sasando gong biasanya dimainkan dengan irama gong dan
dinyanyikan dengan syair daerah rote untuk mengiri tari, menghibur keluarga
yang berduka dan yang sedang mengadakan pesta. Bunyi sasando gong nadanya
pentatonik. Sasando gong berdawai 7 (tujuh) atau 7 (tujuh) nada, kemudian
berkembang menjadi 11 (sebelas) dawai. Sasando gong lebih dikenal di pulau
rote.
Diperkirakan akhir abad ke 18 sasando
mengalami perkembangan dari sasando gong ke sasando biola. Sasando biola lebih
berkembang di Kupang. Sasando biola nadanya diatonis dan bentuknya mirip
sasando gong tetapi bentuk bambu diameternya lebih besar dari sasando gong dan
jumlah dawai pada sasando biola lebih banyak, berjumlah 30 nada berkembang
menjadi 32 dan 36 dawai. Sasando biola ada
2 bentuk yaitu sasando dengan bentuk ruang resonansinya terbuat dari
daun lontar/haik dan sasando biola dengan bentuk ruang resonansinya terbuat
dari bahan kayu maupun multiplex (kotak/box/peti). Mengapa dikatakan sasando
biola? Karena nada-nada yang ada pada sasando meniru nada yang ada pada biola, pada mulanya alat
penyetem dawai terbuat dari kayu, yang harus diputar kemudian diketok untuk
mengatur nada yang pas. Sasando biola biola yang terbuat dari kotak kurang
mengalami perkembangan dan akhirnya orang lebih mengenal sasando biola dengan
ruang resonansinya dari haik (daun lontar yang dibentuk menyerupai wadah),
seperti yang sering kita lihat pada uang kertas lima ribuan emisi tahun
1992.
Sasando
Listrik/Elektrik
![http://www.bappedakotakupang.info/images/Elektrik_Sasando.jpg](file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.jpg)
Sasando listrik atau sasando elektrik
diciptakan oleh Arnoldus Edon, sasando elektrik ini termasuk dalam salah satu
jenis Sasando Biola yang mengalami perkembangan teknologi. Sasando tradisional
mempunyai beberapa kekurangan dan kelemahan antara lain, daun lontar mudah
pecah dan pada saat musim hujan sering timbul jamur diatas permukaan daun, dan
suara sasando ketika dipetik suaranya sangat kecil. Sasando elektrik yang
diciptakan ini tidak menggunakan wadah dari daun lontar peti kayu/kotak/box
dari papan, karena tidak membutuhkan ruang resonansi yang berfungsi sebagai
wadah penampung suara.Bunyi langsung dapat di perbesar lewat alat pengeras
suara (sound system / speaker aktif).
Berawal dari peristiwa kerusakan sasando
biola yang terbuat dari peti kayu/kotak milik ibu mertua dari Arnoldus Edon
pada tahun 1958, sasando yang rusak itu di perbaikinya dan menjadi baik. Dari situlah awal mulanya Arnoldus Edon mulai
mendapatkan ide dan mulai bereksperimen membuat sasando elektrik. Ia berpikir
kalau memetik sasando yang posisi sasandonya tertutup dengan daun lontar yang
lebar dan bunyinya hanya bisa di dengar oleh segelintir orang saja yang ada
disekitarnya dan petikan serta kelentikan jari-jemari tidak dapat dinikmati
atau dilihat oleh orang lain karena tertutup daun lontar.
Alangkah indahnya apabila sasando itu
dipetik dan di dengar dengan suara yang besar, dinikmati oleh banyak orang dari
kejauhan dan petikan jari-jemari yang lemah gemulai dapat dilihat keindahannya,
karena sasando dipetik dengan menggunakan 7 sampai 8 jari.
Tahun 1958 diciptakanlah Sasando
listrik/elektrik, eksperimen demi eksperimen dilakukannya untuk mendapatkan
bunyi yang sempurna yang sama dengan bunyi asli dari Sasando. Tahun 1959
Arnoldus Edon hijrah ke Nusa Tenggara Barat (Mataram) sebagai seorang Kepala
Sekolah di Mataram. Berbekal ilmu pengetahuan sebagai seorang guru IPA/Fisika,
maka pada tahun 1960 Sasando Elektrik ini berhasil dirampungkan dan mendapatkan
bunyi yang sempurna sama dengan suara aslinya. Bentuk sasando elektrik ini
dibuat sebanyak 30 dawai. Inilah awalnya Arnoldus Edon membuat sasando listrik
yang hasilnya pertamanya langsung di bawah ke Jakarta oleh Thobi Messakh (tokoh
adat dari Rote). Jadi Sasando elektrik di buat pertama kali pada waktu Arnoldus
Edon masih berada di Mataram. Pembuatan Sasando Elektrik dibuat lebih modern
dari Sasando tradisional ada perbedaan dalam cara pembuatannya.
Komponen sasando elektrik memang lebih
ruwet, sebab banyak unsur yang menentukan kualitas suara yang dihasilkan pada
alat musik tersebut. Selain badan sasando dan dawai. Alat yang paling penting
pada sasando elektrik adalah spul (pickup)
yang merupakan sebuah transducer yang akan mengubah getar dawai menjadi
energi listrik, lalu diteruskan melalui kabel dan masuk kedalam amplifier.
F. Perkembangan Sasando
Alat musik Sasando masih terus dilestarikan dan
dikembangkan hingga sekarang. Seperti yang dikatakan sebelumnya, saat ini
Sasando telah dikembangkan menjadi beberapa jenis, baik dalam segi suara bahkan
juga dibuat musik elektrik. Saat ini Sasando juga masih sering dimainkan untuk
mengiringi lagu, syair, dan tarian tradisional. Selain itu Sasando juga sering
ditampilkan dalam bentuk orkestra maupun pertunjukan solo. Suaranya yang merdu
dan indah membuat banyak orang tertarik akan musik tradisional satu ini. Bahkan
pesona suara musik Sasando tidak hanya dikenal di masyarakat lokal saja, namun
juga dikenal baik dalam negeri maupun manca negara.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar