Makalah
PENERAPAN
PEMBELAJARAN HAM DI SD DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Oleh :
ELLA
MASHULATUL MUFIDA
130210204120
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji syukur saya
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa, karena atas bimbingan dan
penyertaannya, kami bisa menyelesaikan Makalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepada kami pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPS di Universitas Jember.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kami berharap makalah ini
dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membaca dan kami mengharapkan masukan
yang berupa saran dan kritiknya dari Bapak/Ibu Dosen serta rekan-rekan semua.
Jember, 22 Mei 2014
PENULIS
PENTINGNYA MENERAPKAN
PEMBELAJARAN HAM DI SD
Pada saat ini banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi karena
kurangnya wawasan tentang pendidikan HAM yang ditanamkan di SD. Hal ini
bertujuan memberikan pengertian dan wawasan kepada seluruh masyarakat tentang
arti pentingnya memahami hak-hak dan kewajiban setiap warga negara terhadap hak
asasi manusia. Pendidikan hak asasi manusia diberikan secara baik dan benar
agar kehidupan manusia lebih berkualitas di tengah eforia dalam kebebasan dalam
mensikapi penerapan hak asasi manusia.Pendidikan dan pelatihan HAM itu telah
menjadi agenda nasional dan internasional. Beberapa waktu lalu, Pemerintah
Indonesia telah menetapkan Ibu Martha Tilaar sebagai Duta Pendidikan dan
Pelatihan HAM Indonesia. Perhatian yang serius ini merupakan bukti
konkrit bahwa pendidikan dan pelatihan HAM diharapkan menjadi bagian yang
integral dalam memperkuat dan memperkokoh lahirnya budaya HAM di Indonesia,
khususnya dalam mewujudkan warga negara Indonesia yang demokratis.
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh negara dan elemen pengontrol
HAM di Indonesia. Pertama, pengenalan HAM di SD melalui aspek pendidikan
formal.
Kedua, pengenalan HAM sejak SD melalui aspek budaya, yakni pop culture. Pendidikan formal adalah ruang mendidik anak bangsa yang paling efektif.Termasuk halnya memberikan pengetahuan tentang HAM. Metodenya bisa melalui pemberlakukan kurikulum nasional maupun wacana esktrakulikuler bagi peserta didik. Wacana ekstrakulikuler artinya pengetahuan HAM diberikan pada waktu-waktu tertentu demi mengefektifkan pengetahuan HAM tersebut yang cenderung kurang diminati oleh peserta didik. Jadi metode penyampainnya dilakukan senyaman mungkin.
Kedua, pengenalan HAM sejak SD melalui aspek budaya, yakni pop culture. Pendidikan formal adalah ruang mendidik anak bangsa yang paling efektif.Termasuk halnya memberikan pengetahuan tentang HAM. Metodenya bisa melalui pemberlakukan kurikulum nasional maupun wacana esktrakulikuler bagi peserta didik. Wacana ekstrakulikuler artinya pengetahuan HAM diberikan pada waktu-waktu tertentu demi mengefektifkan pengetahuan HAM tersebut yang cenderung kurang diminati oleh peserta didik. Jadi metode penyampainnya dilakukan senyaman mungkin.
Aspek budaya berupa budaya pop atau pop culture pun perlu dipertimbangkan.
Sebab sasaran pop culture adalah remaja. Wilayah-wilayah budaya pop melalui
musik, lifestyle, hingga ruang-ruang pop culture seperti mall dan televisi
melalui siaran remaja- diformulasikan dengan unsur-unsur pengetahuan HAM.
Langkah ini sebagai langkah efektifitas remaja atau pengenalan HAM sejak dini,
karena aktivitas remaja saat ini cenderung beraktivitas pada wilayah pop
culture.
Meskipun langkah ini terkesan pragmatis dan opurtunis, tetapi yang perlu dipandang adalah efek penyampaiannya.
Meskipun langkah ini terkesan pragmatis dan opurtunis, tetapi yang perlu dipandang adalah efek penyampaiannya.
Pendidikan HAM di SD diberikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perekembangan anak. Hal ini dimaksudkan agar materi mudah dipahami, dimengerti
dan dimaknai bagi anak. Sebagai seorang pendidik, guru perlu memiliki
pengetahuan tentang HAM yang memadai dan melaksanakannya di kelas.
Kegiatan ini salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
perkembangan implementasi pendidikan HAM di sekolah, termasuk menemukan kendala
dan peluang dalam menerapkan model pembelajaran yang efektif terkait muatan
materi HAM di sekolah.
hal itu juga dipertegas dengan pasal 4 ayat 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Dalam UU itu disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
hal itu juga dipertegas dengan pasal 4 ayat 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Dalam UU itu disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Hakikat Anak SD
Sebelum melaksanakan
pembelajaran HAM di SD, perlu dipahami lebih dulu apa dan siapa anak SD yang
akan kita didik. Pemahaman yang tepat terhadap anak SD akan membantu memudahkan
dalam pembelajaran HAM. Artinya, materi HAM yang diajarkan sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak SD sehingga mudah dipahami oleh anak.
Secara fisik, anak usia SD masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat.
Berbagai otot dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif
dalam melakukan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, dan tidak pernah diam
di tempat. Kebutuhan untuk melakukan aktivitas fisik anak SD perlu
dipenuhi agar anak berkembang dengan baik.
Secara moral, perkembangan manusia berjalan
secara bertahap. Menurut Kolhberg, moralitas
manusia tumbuh melalui tiga tingkatan. Pertama, tingkat prakonvensional. Pada
tingkatan ini, moral anak memiliki dua tahap: tahap pertama berupa
kepatuhan berdasarkan hukuman dan ganjaran; tahap kedua perbuatan moral anak
diorientasikan pada kepentingan individu yang bersifat instrumental hedonistik.
Kedua, tingkat konvensional. Seiring dengan tambahnya usia anak, moral anak
berkembang ke arah konvensional. Pada tingkat ini juga memiliki dua
tahap yaitu tahap orientasi konformitas interpersonal dan orientasi pada hukum
dan aturan. Ketiga, tingkat pasca konvensional perkembangan moral manusia berada
pada tahap orientasi kontrak sosial dan tahap orientasi etis
universal. Anak usia SD cenderung berada pada tahap perkembangan
moral konvensional. Artinya anak-anak SD akan melakukan suatu perbuatan yang
baik sesuai dengan konformitas hubungan interpersonal yang akrab dan intensif.
Di samping itu, anak SD akan berbuat baik manakala sesuai dengan hukum dan
aturan yang sudah ada dan bukan kesadaran etik universal (Satibi, 2006).
Secara kognitif, pemikiran anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat.
Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif manusia berjalan melalui tahapan
sebagai berikut: (a) sensomotorik yaitu anak usia 0-2 tahun
mengetahui segala sesuatu melalui penginderaan terhadap benda-benda yang
bergerak, (b) pra operasional yaitu anak usia 2-4 tahun memperoleh pengetahuan
melalui benda-benda konkrit tetapi belum mampu mengoperasikannya, (c)
operasional konkrit yaitu anak usia 4-6 tahun memiliki pengetahuan melalui
kegiatan mengoperasikan benda-benda konkrit, (d) operasional formal
yaitu anak usia 6 tahun ke atas sudah mulai belajar berpikir abstrak. Pada
usia 6 tahun ke atas ini, anak sudah mengenal
simbol-simbol abstrak. Namun demikian, pembelajaran dengan menggunakan
referensi benda konkrit masih sangat membantu anak memahami simbol-simbol
abstrak tersebut. Untuk itu diperlukan kemampuan guru dalam menerjemahkan
materi HAM yang abtrak menjadi materi yang konkrit dan mudah dipahami.
Perkembangan sosial anak SD berada pada tahap kesadaran kolektif yang
ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri anak dan di luar diri anak. Faktor
dari dalam diri anak berupa kondisi internal anak baik fisik, kognitif, sosial
emosi, moral, dan spiritual anak. Faktor di luar diri anak adalah lingkungan
anak baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendekatan Pembelajaran HAM di SD
Berdasarkan perkembangan anak, pendekatan pembelajaran dapat ditentukan.
Pendekatan tersebut disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan anak.
Pembelajaran HAM di SD bukan saja menyampaikan materi tentang nilai-nilai HAM
tetapi pembelajarannya sendiri harus sesuai dan dijiwai dengan HAM. Jika tidak,
maka anak akan mengalami suatu keadaan paradoksal atau inkonsistensi yaitu
bagaimana ia dapat memahami materi HAM yang diterima ketika pembelajarannya
sendiri melanggar HAM?
Pendidikan mengandung unsur-unsur HAM dan demokrasi. Mendidik anak akan
mengembangkan inteligensi dan karakternya. Hal ini tidak akan terjadi manakala
anak hanya belajar secara tekstual dalam buku dan ditentukan oleh guru.
Individu hanya akan terdidik dan memiliki kesadaran tentang HAM ketika ia
memiliki kesempatan untuk mengalami sendiri HAM dan menyumbangkan sesuatu yang
berguna dari pengalamannya tersebut. Misalnya, anak diajak secara langsung ikut
membersihkan lingkungan sekolah. Pengalaman ini akan memberikan pengalaman pada
anak bahwa ia telah membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam pembelajaran HAM di SD.
Pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Pendekatan induktif yaitu suatu pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran dengan dimulai dari contoh-contoh,
peristiwa-peristiwa, kasus-kasus dan fenomena sejenis untuk ditarik kesimpulan
umum.
2.
Pendekatan deduktif dimulai dari konsep
umum menuju penarikan kesimpulan khusus.
3.
Pendekatan kontekstual yaitu suatu
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sesuai dengan konteks kehidupan
sehari-hari anak. Pembelajaran kontekstual tersebut memudahkan anak memaknai
nilai-nilai HAM yang dipelajarinya.
4.
Pendekatan kooperatif (cooperative
learning) yaitu pendekatan pembelajaran dengan memberikan kesempatan pada
anak untuk bekerja sama dalam belajar. Misalnya, belajar kelompok, belajar
dengan model Jigsaw, diskusi kelompok, dan tugas kelompok.
5.
Pendekatan inquiry yaitu
pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan ksempatan pada anak untuk mencari
penyelesaian sendiri terhadap masalah yang dihadapinya. Anak belajar mengamati
fenomena, menemukan masalah, dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian masalah sendiri.
6.
Pendekatan discovery yaitu
pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa menjelajah
untuk menemukan sesuatu yang sudah ada.
7.
Pendekatan konstruktivistik yaitu suatu
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menyusun
sendiri konsep-konsep HAM berdasarkan kehidupan sehari-hari anak.
8.
Pendekatan behavioristik dengan
menciptakan lingkungan yang kondusif anak belajar HAM.
Strategi yang digunakan berdasarkan pendekatan tersebut adalah: (a) siswa
belajar secara aktif; (b) siswa membangun peta konsep sendiri; (c) siswa mampu
menggali informasi dari berbagai media dan sumber belajar; (d) siswa
membandingkan dan mensintesiskan informasi; (e) siswa mengamati secara aktif;
(f) siswa menganalisis sebab akibat; (g) siswa melakukan kerja praktik artinya
melakukan aktivitas praktis di dalam belajar HAM.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran HAM di SD
Sesuai dengan hakikat anak SD dan pendekatan pembelajaran, maka prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik
belajar anak. Pertama, anak SD belajar secara konkrit sehingga pembelajaran HAM
diupayakan secara konrkit pula. Implikasi dari prinsip ini maka pembelajaran
HAM bagi anak SD menuntut guru untuk selalu menggunakan media dan sumber
pembelajaran yang bersifat konkrit dan dapat ditangkap secara inderawi. Media
dan sumber pembelajaran yang dimaksud dapat berupa media dan sumber
pembelajaran yang dirancang dan tidak dirancang untuk pembelajaran. Media dan
sumber yang direncanakan adalah media dan sumber yang memang dengan sengaja
dibuat untuk kepentingan pembelajaran. Sedangkan media dan sumber pembelajaran
yang tidak direncanakan adalah segala sumber yang memang tidak disengaja untuk
kepentingan pembelajaran. Misalnya jalan raya, pasar, stasiun, dan
terminal. Media dapat juga yang bersifat alami dan buatan.
Kedua, pembelajaran HAM menggunakan prinsip bermain sambil belajar dan
belajar seraya bermain. Bermain akan membuat anak berinteraksi dan belajar
menghargai hak orang lain. Pola bermain dapat dibedakan menjadi tiga: (a)
bermain bebas, (b) bermain dengan bimbingan, dan (c) bermain dengan diarahkan
(Sumiarti Padmonodewo, 1995). Bermain bebas adalah suatu bentuk kegiatan
bermain yang memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai pilihan
alat dan menggunakannya. Bermain dengan bimbingan adalah suatu
kegiatan bermain dengan cara guru memilihkan alat-alat permainan dan anak
diharapkan dapat menemukan pengertian tertentu. Bermain dengan
diarahkan adalah suatu bentuk permainan dengan guru mengajarkan cara menyelesaikan
tugas tertentu. Bermain dapat menggunakan alat permainan ataupun tanpa alat
permainan. Berbagai permainan dapat digunakan di dalam pembelajaran HAM.
Anak belajar berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama, menghargai
aturan dan lain sebagainya. Anak mulai belajar mengenal
nilai-nilai hak asasi, hak dan kewajiban, demokrasi,
kebebasan, kerja sama dan lain sebagainya. Di dalam permainan ada
aturan, pemain, wasit (penegak aturan), dan ada atau tidak ada penonton. Semua
komponen permainan tersebut harus berfungsi di dalam permainan. Para pemain
harus taat aturan, penegak aturan harus objektif dan adil, para pemain yang
melanggar aturan akan dikenai sanksi yang diberikan penegak aturan.
Ketiga, pembelajaran HAM di SD menggunakan prinsip active learning.
Pembelajaran aktif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk aktif
mencari dan memaknai nilai-nilai HAM. Seluruh anggota tubuh dan psikologis anak
bekerja baik melalui belajar individual maupun bekerja sama dalam
kelompok. Problem solving akan memberikan tantangan pada anak
untuk aktif menyelesaikan masalah tersebut.
Keempat, pembelajaran HAM di SD dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan. Joyfull learning akan sangat menyenangkan dan
membuat belajar anak menjadi ceria, tanpa tekanan, dan menarik. Guru
dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dengan memberikan sentuhan
akrab, ramah, sambil bernyanyi, dengan gambar, dan lain sebagainya.
Kelima, pembelajaram HAM di SD berpusat pada anak. Artinya anak menjadi
subjek pelaku yang aktif di dalam belajar. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dalam membantu anak mudah mempelajari nilai-nilai HAM. Pembelajaran
HAM perlu mempertimbangkan aspek kemampuan dan potensi anak, suasana psikologis
dan moral anak.
Keenam, pembelajaran HAM di SD memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengalami, bukan saja melihat atau mendengar melainkan seluruh panca inderanya
dan mental psikologis anak aktif mengalami sendiri dalam kegiatan yang memuat
nilai-nilai HAM. Pembelajaran HAM memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
anak untuk bereksperimen (mencoba) mengalami berbagai kegiatan pembelajaran
HAM.
Pembelajaran HAM di SD dapat mengembangkan keterampilan sosial,
kognitif, emosional serta spiritual. Multiple intelligence dapat
ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran HAM sehingga pembelajaran tersebut akan
lebih bermakna bagi kehidupan anak.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas/
Semester : IV / 2
Tema
: Indahnya Kebersamaan
I.
Standar Kompetensi :
PPKN
Menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Bahasa
Indonesia
Menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Matematika
Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.
Seni budaya dan keterampilan
Menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
II.
Kompetensi Dasar :
PPKN
1.1 Menghargai kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama,
suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara
adat), sosial ekonomi di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.
Bahasa Indonesia
1.2 Mendengarkan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik untuk berdoa (sesuai agama yang dianutnya) di sekolah dan
di rumah.
Matematika
2.2. Menaksir jumlah
uang untuk berbelanja atau jumlah dan jenis benda yang diperlukan untuk suatu
kegiatan amal sehingga sesuai kebutuhan
(k2)
Seni Budaya dan
keterampilan
Mengagumi ciri
khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai
anugrah tuhan
III.
Indikator :
PPKN
·
Memberikan contoh
keberagaman di lingkungannya dengan rasa percaya diri
·
Mengagumi keragaman suku,
etnis, dan bahasa sebagai keunggulan di wilayah negara Indonesia
- Membiasakan sikap positif terhadap kebhinenkatunggalikaan di lingkungan sosial.
Bahasa
Indonesia
·
Bersikap
tertib (menjaga keheningan) dalam mendengarkan doa.
·
Mengambil
sikap duduk atau berdiri dengan berdiam diri
Matematika
·
Menyebutkan
besarnya uang saku yang diterima stiap hari atau minggu
·
Menyebutkan sumber
perolehan uang saku
·
Menghitung besarnya
penggunaan uang saku untuk konsumsi, uang tabungan, dan sosial
·
Membandingkan nilai
uang yang berbeda
·
Menyelesaikan
operasi hitung yang melibatkan uang
Menentukan hasil operasi hitung melalui transaksi jual beli yang
melibatkan uang
Seni Budaya dan Keterampilan
·
Menjelaskan
keunikan karya seni dan karya kreatif
berbagai daerah
·
Memuji
karya seni dan karya kreatif teman
·
Merawat
karya seni dan karya kreatif yang ada di
sekolah
·
Menunjukkan
kebanggaan terhadap karya sendiri
IV Tujuan
Pembelajaran :
PPKN
1) Siswa
mampu memberi contoh keragaman dilingkungan dengan rasa percaya diri
2) Siswa
mampu mengagumi keragaman suku,etis,dan bahasa sebagai keunggulan di wilayah
negara Indonesia.
3) Siswa mampu membiasakan sikap positif terhadap
kebhinenkatunggalikaan di lingkungan sosial.
Bahasa Indonesia
1.)
Siswa mampu Bersikap tertib
(menjaga keheningan) dalam mendengarkan doa.
2.)
Siswa
mampu Mengambil sikap duduk atau berdiri dengan berdiam diri
Matematika
·
Siswa
mampu Menyebutkan besarnya uang saku yang diterima stiap hari
atau minggu.
·
Siswa
mampu Menyebutkan sumber perolehan uang saku
·
Siswa
mampu Menghitung besarnya penggunaan uang saku untuk konsumsi,
uang tabungan, dan sosial
·
Siswa
mampu Membandingkan nilai uang yang berbeda
·
Siswa
mampu Menyelesaikan operasi hitung yang melibatkan uang
Menentukan hasil operasi hitung melalui transaksi jual beli yang
melibatkan uang
Seni Budaya dan
Keterampilan
·
Siswa
mampu Menjelaskan keunikan karya seni
dan karya kreatif berbagai daerah
·
Siswa
mampu Memuji karya seni dan karya kreatif
teman
·
Siswa
mampu Merawat karya seni dan karya kreatif
yang ada di sekolah
·
Siswa
mampu Menunjukkan kebanggaan terhadap karya sendiri
V Materi:
·
Buku tematik kelas 4 SD
·
gambar
VI Skenario Pembelajaran :
PPKN
1.
Kegiatan awal :
a).Membuat daftar keberagaman agama, bahasa, suku bangsa, dan
sosial ekonomi yang ada di lingkungan sekitar
b).Menceritakan keberagaman budaya yang ada di lingkungan sekitar
sebagai bentuk keberagaman dalam kebersamaan
2.
Kegiatan Inti :
a.
Melakukan partisipasi
kewarganegaraan dimana setiap peserta didik ditugasi untuk ikut serta dalam
suatu kegiatan kultural (upacara adat atau keagamaan, pesta rakyat, pentas
seni, dll.) di lingkungannya sebagai bentuk kebersamaan
b.
Membuat catatan apa kegiatan
itu dan apa sumbangannya dalam kegiatan tersebut
3.
kegiatan akhir :
a.
Melaporkan hasil catatan
partisipasi dalam kegiatan kultural yang diikuti di lingkungannya
b.
Memberikan komentar terhadap
catatan yang dibuat dan dibacakan teman.
Bahasa indonesia
·
Pertemuan awal :
a)
Mendengarkan
pembacaan doa dengan sikap tertib (menjaga keheningan), seperti doa akan
belajar, makan, melakukan suatu pekerjaan, dan lain-lain
b)
Mencontoh
kata-kata dalam doa yang didengar pada saat berdoa sendiri
·
Pertemuan Inti :
·
Membaca di dalam
hati teks bacaan tentang “Indahnya Kebersamaan”
·
Membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang isi teks bacaan
·
Menukarkan
pertanyaan-pertanyaan dengan teman untuk saling menjawab
·
Pertemuan
akhir
·
Menentukan dan
menulis gagasan pokok paragraf-paragraf yang ada di dalam teks bacaan
Matematika
·
Pertemuan awal:
1.
Membuat
perencanaan penggunaan uang dalam satu hari
2.
Bermain
jual beli barang seperti kondisi di pasar dengan uang mainan
3.
Melakukan
kegiatan tawar-menawar antara pemeran penjual dan pembeli barang
4.
Membandingkan
nilai nominal jenis uang bersama dengan
jenis uang mainan temannya
5.
Transaksi
pembayaran tentang jumlah uang yang diberikan dengan nilai barang yang
harus dibayar
·
Pertemuan Inti
Ø Membandingkan
nilai nominal jenis uang bersama dengan
jenis uang mainan temannya
Ø Transaksi
pembayaran tentang jumlah uang yang diberikan dengan nilai barang yang
harus dibayar
Ø Menyelesaikan
soal cerita yang berhubungan jual-beli
Ø Menaksir harga
barang yang akan dibeli dengan uang hasil sumbangan di kelas yang akan
disumbangkan dalam kegiatan
Ø Mengidentifikasi pecahan dengan mencari KPK dari penyebutnya kemudian
menyamakan penyebutnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan
Ø Mengidentifikasi soal cerita kemudian menuliskan
kalimat matematika yang berhubungan
dengan KPK
Ø Mengidentifikasi soal cerita kemudian menuliskan
kalimat matematika yang berhubungan
dengan FPB
Ø Secara kelompok menyelesaikan soal cerita yang
berhubungan dengan KPK
Ø Secara kelompok menyelesaikan soal cerita yang
berhubungan dengan FPB
·
Petemuan Akhir
ü Secara kelompok memecahkan masalah yang
berhubungan dengan satuan kuantitas
ü Secara kelompok memecahkan masalah yang
berhubungan dengan decimal
ü Secara kelompok memecahkan masalah yang
berhubungan dengan persen
Seni budaya dan Keterampilan
·
Pertemuan Awal
·
Mencari
tahu karya seni melalui membaca buku, majalah atau media lain yang ada di
sekolah
·
Mengamati
berbagai karya seni dari berbagai daerah
·
Pertemuan
inti
·
Mengidentifikasi
keunikan karya seni daerah lain melalui pengamatan
·
Membandingkan
ciri khas karya seni dari berbagai daerah
·
Menjelaskan
perbedaan ciri khas karya seni dari berbagai daerah
·
Pertemuan
akhir
·
Membuat
karya seni dan karya kreatif serta merawatnya
·
Mempresentasikan
hasil karya sendiri di depan kelas
VII Sarana dan Prasarana :
PPKN
1. Buku
Tematik Kelas IV
2. Diri
Anak
3.
Lingkungan
Bahasa indonesia
·
Buku
Kumpulan Doa
Matematika
·
Buku
Tematik Kelas IV
·
Uang
Mainan
Seni Budaya dan
keterampilan
·
Karya seni
·
CD
seni
VIII Penilaian
PPKN
·
Tes
tertulis:
Penguasaan konsep tentang keberagaman
agama, bahasa, suku bangsa, dan sosial ekonomi
·
Unjuk kerja: Menceritakan keberagaman budaya
·
Produk: Hasil catatan partisipasi dalam kegiatan
kultural
Bahasa indonesia
Skala
sikap: Sikap tertib dalam mendengarkan doa
Matematika
·
Produk: Membuat
perencanaan penggunaan uang
·
Tertulis:
Menyelesaikan operasi hitung
Seni
budaya dan Keterampilan
Pengamatan: Sikap dalam
menghargai karya seni (menyimpan dengan baik, tidak merusak, dll.
0 komentar:
Posting Komentar